Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Belajar dan Motivasi Belajar Anak

 Belajar mengajar merupakan proses yang penting dalam pendidikan. Banyak pakar yang mengemukakan teori-teori belajar dapat dilihat dari 3 sudut pandang yakni: 1) Behaviorism (behaviorisme);  2) Social - Cognitivism (Sosial Kognitif); dan 3) Constructivism (Konstruktivisme). Selain itu materi ini membahas juga tentang motivasi belajar dan paradigma personel peserta didik.

A. Belajar

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki arti sebagai upaya memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.

Pritchard (2008) belajar (to learn) memiliki arti “to gain knowledge of, or skill in, something through study, teaching, instruction or experience”. Menurut definisi tersebut, belajar dilakukan untuk  mendapatkan pengetahuan atau keterampilan, melalui studi, pengajaran, instruksi atau pengalaman.

Sedangkan menurut Schunk (2012) belajar memiliki arti “learning is an enduring change in behavior, or in the capacity to behave in a given fashion, which results from practice or other forms from experience”. Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian perubahan perilaku yang bertahan lama, atau dalam kapasitas untuk berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari latihan atau bentuk lain dari pengalaman.

Berdasarkan definisi di atas, belajar merupakan upaya manusia untuk mendapatkan pengetahuan atau keterampilan, sehingga mencapai kapasitas untuk berperilaku dengan cara tertentu, melalui studi, pengajaran, instruksi, latihan atau bentuk pengalaman lainnya. 

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa ciri dalam belajar, yakni:

Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar.

  1. Perubahan tingkah laku tidak harus segera diamati pada proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
  2. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
  3. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

B. Teori-Teori Belajar


Agar dapat lebih memahami konsep belajar lebih dalam lagi, kita perlu memahami konsep belajar dari beberapa sudut pandang teori. Dalam proses pembelajaran, belajar dapat dilihat dari 3 sudut pandang yakni: 1) Behaviorism (behaviorisme);  2) Social - Cognitivism (Sosial Kognitif); dan 3) Constructivism (Konstruktivisme). 


C. Motivasi belajar

Berbagai perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda. Mari kita sama-sama mengeksplorasi keempat perspektif ini.

  1. Perspektif perilaku

Pada perspektif perilaku, motivasi seringkali dikaitkan dengan imbalan dan hukuman eksternal sebagai penentu keberhasilan siswa. Misal: pemberian nilai angka dan huruf, memberikan pengakuan kepada siswa, memberikan “hak istimewa”, dan sebagainya.

  1. Perspektif humanistik

Pada perspektif humanistik, motivasi lebih ditekankan kepada kemampuan pertumbuhan pribadi siswa, kemerdekaan untuk memilih dan sifat-sifat positif. Perspektif ini sangat erat dengan keyakinan Abraham Maslow bahwa terdapat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat dipuaskan. Kebutuhan-kebutuhan yang dimaksud dapat diperhatikan pada gambar di bawah ini:

Hierarki Kebutuhan Maslow

Gambar 1.5 Hierarki Kebutuhan Maslow

  1. Perspektif kognitif

Pada perspektif kognitif, motivasi muncul karena adanya pemikiran dari setiap individu. Jika perspektif perilaku lebih menekankan pada insentif eksternal, maka dalam perspektif kognitif tekanan dari eksternal tidak perlu terlalu ditonjolkan. Menurut perspektif kognitif, seseorang perlu diberikan lebih banyak kesempatan, tanggung jawab, serta mengendalikan hasil prestasi sendiri.

  1. Perspektif sosial

Pada perspektif sosial, motivasi sering dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam membangun, memelihara, dan memulihkan hubungan pribadi yang dekat dan hangat pada orang lain.

Motivasi sendiri terbagi menjadi dua bentuk, motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik terkait dengan kegiatan melakukan sesuatu yang bertujuan untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Sementara itu, motivasi intrinsik berkaitan dengan motivasi internal yang ada pada diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan berdasarkan minat dan kemauannya sendiri. 


Verification: abec7d942cfb287d