Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Perkembangan (Kognitif, Bahasa, Moral, Psikososial, Sosio-Emosional, Sosial-Konteks)

 Pada dunia pendidikan dan pengajaran, yang menjadi fokus perhatian adalah peserta didiknya. Sebagai seorang guru atau pengelola pendidikan, Anda perlu mempelajari dan memahami dengan baik tentang pertumbuhan dan perkembangan setiap peserta didik. Anda bertanggung jawab atas banyaknya ragam variasi peserta didik di kelas. Semakin Anda belajar dan memahami tentang perkembangan peserta didik, semakin Anda dapat paham di tingkat mana Anda harus mengajar mereka. Semakin Anda memahami tingkat perkembangan peserta didik, semakin efektif proses pembelajaran yang Anda berikan.

Perkembangan merupakan proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan secara keseluruhan mengikuti periodisasi yang teratur, dimulai dari masa pra-natal, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa dewasa yang diikuti tahun perkembangan kemampuan fungsi fisik sebagai akibat dari proses kematangan. Kematangan sendiri mengacu pada runtutan pertumbuhan secara alamiah atau pertubuhan jasmani yang relatif terbebas dari faktor lingkungan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan antara lain adalah faktor biologis yang berkaitan dengan kematangan fisik atau keturunan, dan faktor sosial kultural yang berkaitan dengan situasi lingkungan sosial, nilai-nilai serta norma.

A. Isu perkembangan anak

Isu perkembangan yang paling penting untuk dipelajari dalam perkembangan anak meliputi nature-nurturecontinuity and discontinuity, serta early and later experience.

  1. Isu nature merujuk pada warisan biologis sedangkan isu nurture merujuk pada pengaruh lingkungan individu. Kedua faktor ini saling mempengaruhi, kita tidak bisa menentukan faktor mana yang paling besar mempengaruhi seorang individu, misalnya seorang anak yang mewarisi gen kedua orangtuanya, saat masih kecil pengaruh lingkungan seperti nutrisi, pembelajaran, pola asuh dan dorongan dari lingkungan dapat merubah aktivitas genetic dalam sistem saraf berdasarkan dari kebiasaannya. Genetic dan lingkungan bekerjasama dalam membentuk intelegensi anak, sifat, Kesehatan, kemampuan membaca, dan banyak lagi.
  2. Isu continuity and discontinuity, isu perkembangan ini berfokus pada kemampuan anak yang berkembang secara berangsur-angsur atau justru bertahap. Beberapa psikolog perkembangan yang lebih menekankan pada faktor nurture biasanya mendeskripsikan perkembangan itu berangsur-angsur seperti halnya biji yang perlahan tumbuh menjadi pohon, sedangkan psikolog perkembangan yang lebih menekankan faktor nature percaya bahwa perkembangan anak itu adalah rangkaian dari tahap seperti halnya ulat yang menjadi kupu-kupu. Contohnya, kata pertama yang diucapkan anak terasa seperti hal yang tiba-tiba (discontinuity), padahal hal tersebut juga merupakan hasil dari pertumbuhan dan praktik selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
  3. Isu early and later experience, isu perkembangan ini adalah faktor utama dari perkembangan anak terutama dalam masa pertumbuhan. Misalnya, jika bayi mengalami keadaan berbahaya dapatkah pengalaman itu diatasi nanti? Atau apakah pengalaman awal begitu penting mungkin karena itu adalah pengalaman masa bayi?

B. Perkembangan Fisik


Perkembangan fisik masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan perkembangan individu yang sangat kompleks, karena pada masa ini adalah awal terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan saraf manusia. Pertumbuhan fisik individu berlangsung sampai masa dewasa yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku individu. Perkembangan fisik individu mencakup beberapa aspek, diantaranya: 1) sistem saraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi, 2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik, dan 3) kelenjar endokrin yang menimbulkan munculnya pola perilaku baru.

  1. Perkembangan Fisik Masa Bayi

Kematangan fisik pada masa bayi terlebih dahulu pada bagian kepala dan berlanjut pada bagian tubuh lainnya. Bayi baru lahir sudah mampu menggerakkan bibir, mata, kemudian mampu menggerakkan tangan dan kaki, serta mampu menggerakkan anggota tubuhnya ke kanan dan kiri. Masa bayi mempunyai gerakan spontan atau refleks yang mendominasi gerakan yang terus menerus berkembang. Gerakan ini bersifat otomatis dan tidak terkoordinir sebagai reaksi atas stimulus dari lingkungan.

  1. Perkembangan Fisik Masa Kanak-Kanak

Perkembangan fisik masa kanak-kanak merupakan kelanjutan dari perkembangan awal anak-anak. Perkembangan ini berlangsung dari usia 6 tahun saat individu mulai masuk ke sekolah dasar. Individu mulai menunjukkan perubahan terhadap pola kehidupannya dalam sikap, nilai dan perilaku. Pada masa ini, pertumbuhan dan perkembangannya lambat dan relatif sama sampai menjelang masa pubertas. Pada masa ini, individu sudah mulai tertarik dengan lingkungan sekolah; mereka dapat memperhatikan gerakan-gerakan secara cermat, rumit dan kompleks; sehingga individu juga dapat melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat universal, serta dapat mengembangkan pola permainan dan mentaati peraturan-peraturan yang ada.

  1. Perkembangan Fisik Masa Remaja

Pada tahap ini, perubahan fisik tampak berkembang dengan pesat. Hal ini terjadi karena perubahan fisik merupakan gejala primer yang membuat organisme secara matang mampu bereproduksi. Gejala primer ditandai oleh perubahan postur tubuh, serta percepatan pertumbuhan tinggi badan yang diiringi dengan berat badan. Selain itu, terjadi kematangan seksual yang ditandai oleh perubahan seks primer, yaitu dimulainya perubahan pada organ reproduksi pada laki-laki yang ditandai oleh mimpi basah yang terjadi pada laki-laki serta menstruasi pada anak perempuan. Perubahan seks sekunder ditandai oleh perubahan suara, munculnya bulu-bulu halus pada area kemaluan maupun pada wajah individu laki-laki, dada yang semakin bidang pada laki-laki, serta pembesaran pada area payudara, pinggul dan bahu pada perempuan.

  1. Perkembangan Fisik Masa Dewasa

Penampilan fisik pada masa dewasa sudah semakin matang, sehingga siap untuk melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah dan memiliki anak.

C. Perkembangan Kognitif

Piaget (1954) mengusulkan bahwa terdapat empat tahapan perkembangan kognitif: sensori motorik, pra operasional, operasional konkret, dan formal operasional.

  1. Tahap Sensori Motorik (lahir - 2 tahun)

    Pada tahap ini, bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensorik mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan motorik mereka (mencapai dan menyentuh
  2. Tahap Pra Operasional (2 - 7 tahun)

    Tahap pra operasional merupakan tahapan yang lebih simbolis daripada pemikiran sensorimotor, tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional. Akan tetapi, tahap ini lebih egosentris dan intuitif daripada logis. Tahap Pra operasional memiliki 2 sub tahap, yaitu fungsi simbolik dan tahap intuitif.
  • Subtahap fungsi simbolis terjadi kira-kira antara 2 dan 4 tahun. Pada sub tahap ini, anak kecil memperoleh kemampuan untuk merepresentasikan secara mental suatu objek yang tidak ada.
  • Subtahap pemikiran intuitif adalah sub tahap kedua dari pemikiran praoperasional, dimulai pada usia sekitar 4 tahun dan berlangsung hingga sekitar usia 7 tahun. Pada sub tahap ini, anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban dari segala macam pertanyaan.
  1. Tahap Operasional Konkrit (7 - 11 tahun)

    Tahapan ini menggantikan penalaran intuitif pada individu, namun hal ini hanya terjadi dalam situasi konkret. Pada tahap ini, individu sudah mampu untuk melakukan klasifikasi terhadap benda-benda konkret. Operasi konkret adalah tindakan mental yang dapat dibalik yang berkaitan dengan objek nyata dan konkret. Operasi konkret memungkinkan anak untuk mengkoordinasikan beberapa karakteristik daripada fokus pada satu properti objek. Pada tingkat operasional konkret, anak-anak dapat melakukan secara mental apa yang sebelumnya hanya dapat mereka lakukan secara fisik, dan mereka dapat membalikkan operasi konkret.
  2. Tahap Operasional Formal (11 -15 tahun)

    Pada tahap ini, individu bergerak melampaui penalaran hanya tentang pengalaman konkret dan berpikir dengan cara yang lebih abstrak, idealis, dan logis.

D. Perkembangan bahasa


Selain perkembangan kognitif yang telah dijelaskan oleh Piaget, fungsi kognitif manusia juga dapat dilihat dari bagaimana perkembangan bahasa pada individu tersebut. Bahasa dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu membutuhkan bahasa untuk dapat berbicara dengan orang lain, mendengarkan orang lain, membaca dan menulis.

Bahasa merupakan bentuk komunikasi baik lisan, tertulis atau yang ditandai oleh sistem simbol. Bahasa terdiri atas kata-kata yang digunakan oleh kelompok tertentu (kosa kata) dan aturan untuk menggabungkan kosa kata dengan kosa kata lain sehingga memiliki makna (tata bahasa dan sintaksis). Bahasa melibatkan lima sistem aturan: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.

  1. Fonologi

Setiap bahasa terdiri atas suara dasar. Fonologi merupakan sistem suara dari bahasa, termasuk suara yang digunakan dan bagaimana mereka dapat dikombinasikan. Fonem adalah unit dasar suara dalam bahasa, hal tersebut adalah unit terkecil dari suara yang mempengaruhi makna.

  1. Morfologi

    Morfologi bahasa mengacu pada unit makna yang terlibat dalam pembentukan kata. Morfem adalah satuan minimal makna, hal tersebut adalah kata atau bagian kata yang tidak dapat dipecah menjadi bagian-bagian kecil yang bermakna. 
  2. Sintaks

    Sintaks merupakan cara penggabungan kata-kata untuk membentuk frasa dan kalimat yang dapat diterima. Misalnya: ada seseorang yang mengatakan kepada Anda “ada kucing di atas kursi” atau “ada kursi di atas kucing”. Tentu saja kedua kalimat tersebut memiliki makna yang berbeda dan belum tentu dapat diterima (ambigu).
  3. Semantik 

    Istilah semantik mengacu pada makna kata dan kalimat. Setiap kata memiliki seperangkat fitur semantik, atau atribut yang diperlukan terkait dengan makna. Gadis dan wanita misalnya, secara makna sama, namun jika dilihat lebih mendalam kedua kata tersebut berbeda secara semantik dalam hal usia. 
  4. Pragmatik

    Pragmatik merupakan penggunaan yang tepat dari bahasa dalam konteks yang berbeda.

E. Perkembangan Sosio-emosional

Ketika membahas perkembangan sosio emosional, kita akan fokus pada dua teori utama: teori ekologi Bronfenbrenner dan teori perkembangan rentang hidup Erik Erikson.

  1. Teori Ekologi Bronfenbrenner

    Teori ekologi yang dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner berfokus pada konteks sosial yang mempengaruhi kehidupan individu sehingga turut mempengaruhi perkembangan mereka. Bronfenbrenner mengungkapkan bahwa individu akan dipengaruhi oleh lima sistem lingkungan yang berasal dari interaksi interpersonal terbuka hingga pengaruh berbasis luas budaya. Kelima sistem tersebut adalah mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem. Agar lebih mudah dalam memahami teori ekologi Bronfenbrenner silahkan perhatikan gambar berikut:

Teori Ekologi Bronfenbrenner

    • Mikrosistem adalah interaksi yang terjadi dalam waktu yang cukup lama antara individu dengan lingkungannya, seperti keluarga, rekan sebaya, sekolah, dan lingkungan. 
    • Mesosistem melibatkan hubungan antara mikrosistem. Contohnya adalah hubungan antara pengalaman keluarga dan pengalaman sekolah dan antara keluarga dan rekan sebaya.
    • Eksosistem bekerja ketika terjadi pengalaman dalam sistem pengaturan lain (peserta didik tidak memiliki peran aktif) mempengaruhi apa yang peserta didik dan guru dalam konteks langsung.
    • Makrosistem melibatkan budaya yang lebih lua. Budaya adalah istilah yang sangat luas yang mencakup peran etnis dan faktor sosial ekonomi dalam perkembangan anak.
    • Kronosistem meliputi kondisi sosio historis perkembangan siswa.
  1. Teori Perkembangan Rentang Hidup Erikson

    Teori Erik Erikson menyajikan pandangan perkembangan kehidupan masyarakat secara bertahap (rentang hidup). Terdapat delapan tahap perkembangan yang terungkap ketika manusia melalui rentang kehidupannya. Berikut ini penjelasan mengenai teori rentang hidup Erikson:
    • Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Ketidakpercayaan) adalah tahap psikososial pertama Erikson. Tahap ini terjadi pada tahun pertama kehidupan manusia. Perkembangan kepercayaan membutuhkan pemeliharaan yang penuh kehangatan. Hasil positif keberhasilan dalam tahapan perkembangan ini adalah perasaan nyaman dan minim rasa takut. Ketidakpercayaan terjadi ketika bayi diperlakukan terlalu negatif atau diabaikan.
    • Autonomy vs Shame & Doubt (Otonomi vs Malu dan Ragu) adalah tahap psikososial kedua Erikson. Hal ini terjadi pada akhir masa bayi dan balita. Setelah memperoleh kepercayaan pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah mereka sendiri. Mereka menyatakan kebebasan mereka dan menyadari kemauan mereka. Jika bayi terlalu banyak dibatasi atau dihukum terlalu keras, mereka mengembangkan rasa malu dan ragu.
    • Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa bersalah) adalah tahap psikososial ketiga Erikson. Hal ini terjadi pada usia 3 sampai 5 tahun. Di usia ini anak-anak harus terlibat secara aktif, perilaku yang memiliki tujuan yang melibatkan inisiatif. Anak-anak mengembangkan perasaan bersalah tidak nyaman jika mereka melihat diri mereka sebagai individu yang tidak bertanggung jawab atau dibuat merasa cemas yang berlebihan.
    • Industry vs Inferiority (Industri vs Inferioritas) adalah tahap psikososial Erikson keempat. Tahap ini terjadi pada usia 6 tahun sampai pubertas atau remaja awal. Di tahap ini, anak mengarahkan energi mereka terhadap pengetahuan dan menguasai keterampilan intelektual. Bahaya di tahun-tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, tidak produktif, dan ketidakmampuan.
    • Identity vs Role Confusion (Identitas vs Kebingungan identitas) adalah tahap psikososial Erikson kelima. Tahap ini terjadi pada usia remaja. Di tahap ini, individu mulai mencari tahu siapa mereka, mengenai apa yang mereka mau, dan dimana mereka hidup nantinya. Di tahap ini, para remaja dihadapkan dengan banyak peran baru dan status dewasa. Remaja perlu diizinkan untuk mengeksplorasi jalan yang berbeda untuk mencapai identitas yang sehat. Jika mereka tidak cukup mengeksplorasi peran yang berbeda dan gagal untuk mengukir jalan yang positif di masa depan, mereka akan tetap bingung mengenai identitas mereka.
    • Intimacy vs Isolation (Intimasi vs Isolasi)  adalah tahap psikososial Erikson keenam. Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal (20 - 30 tahunan). Tugas perkembangan adalah membentuk hubungan positif yang erat dengan orang lain. Bahaya dari tahap ini adalah bahwa seseorang akan gagal untuk membentuk hubungan intim dengan pasangan romantis atau teman dan menjadi terisolasi secara sosial.
    • Generativity vs Stagnation (Pembangkitan vs Stagnasi)  adalah tahap psikososial Erikson ketujuh. Tahap ini terjadi pada masa dewasa pertengahan (40 - 50 tahunan). Pembangkitan berarti mentransmisi sesuatu yang positif kepada generasi berikutnya. Hal ini dapat melibatkan peran seperti pengasuhan dan pengajaran di saat orang dewasa membantu generasi berikutnya dalam mengembangkan hidup yang bermanfaat. Sementara, stagnasi diartikan sebagai perasaan telah tidak melakukan apa-apa lagi untuk membantu generasi berikutnya.
    • Integrity vs Desperate (Integritas vs Putus asa)  adalah tahap psikososial Erikson kedelapan. Tahap ini terjadi pada masa dewasa akhir (60 tahun - meninggal). Orang dewasa cenderung untuk meninjau kehidupan mereka, mencerminkan pada apa yang telah mereka lakukan. Jika evaluasi retrospektif positif, mereka mengembangkan rasa integritas. Artinya, mereka melihat hidup mereka sebagai hidup yang terintegrasi secara positif dan layak. Sebaliknya, orang dewasa menjadi putus asa jika melirik ke belakang mereka, terutama mengenai hal negatif.

F. Sosial-Konteks Perkembangan

Pada teori Bronfenbrenner, konteks sosial merupakan pengaruh penting pada kehidupan dan perkembangan anak-anak. Pada pembahasan ini kita akan mengeksplorasi tiga konteks anak-anak menghabiskan banyak waktu mereka: keluarga, teman sebaya, dan sekolah.

  1. Keluarga

    Walaupun anak-anak tumbuh dalam keluarga yang beragam, orangtua memiliki peran penting dalam mendukung dan mendorong prestasi akademik anak-anak dan sikapnya terhadap sekolah. Pengaruh orangtua terhadap kegiatan sekolah dan prestasi anak berfokus pada gaya pengasuhan, pengasuhan bersama, perubahan keluarga dalam masyarakat yang berubah, dan hubungan sekolah-keluarga.

 Gaya Pengasuhan

Baumrind mengatakan bahwa gaya pengasuhan datang dalam empat bentuk utama:

    • Pengasuhan otoriter (authoritative)

      Pengasuhan otoriter adalah membatasi dan menghukum.  Orang tua yang otoriter mendesak anak-anak untuk mengikuti petunjuk mereka dan menghormati mereka. Mereka menempatkan batasan tegas dan kontrol terhadap anak-anak mereka dan memungkinkan sedikit pertukaran verbal.  Anak-anak dari orang tua yang otoriter,  sering berperilaku dengan cara yang secara sosial tidak kompeten.  Mereka cenderung merasa cemas mengenai perbandingan sosial,  gagal untuk memulai aktivitas,  dan memiliki kemampuan komunikasi yang buruk.
    • Pengasuhan otoritatif (authoritarian)

      Pengasuhan otoritatif mendorong anak-anak untuk menjadi mandiri namun masih menempatkan batas kontrol pada tindakan mereka.  anak-anak yang orangtuanya otoritatif sering berperilaku dengan cara yang secara sosial kompeten.  Mereka cenderung Mandiri,  menunda kepuasan,  bergaul  dengan rekan sebaya mereka,  dan menunjukkan harga diri yang tinggi.
    • Pengasuhan pengabaian (neglectful)

      Pengasuhan pengabaian adalah gaya pengasuhan ketika orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka.  anak-anak dari orang tua yang lalai mengembangkan rasa bahwa aspek-aspek lain dari kehidupan orang tua mereka lebih penting daripada mereka.  Mereka cenderung untuk berperilaku dengan cara sosial Kompetensi sebagai akibat dari kurangnya kontrol diri dan kesulitan dalam menangani kebebasan.  anak-anak seperti ini biasanya tidak termotivasi untuk berprestasi.
    • Pengasuhan memanjakan (permissive).

      Pengasuhan memanjakan adalah gaya pengasuhan ketika orang tua sangat terlibat dengan anak-anak mereka,  tetapi menempatkan beberapa batasan atau pembatasan pada perilaku mereka.  pada pengasuhan ini orang tua sering membiarkan anak-anak mereka melakukan apa yang mereka inginkan dan melakukan cara mereka sendiri karena mereka percaya bahwa kombinasi dari dukungan pengasuhan dan kurangnya pembatasan akan menghasilkan anak kreatif dan percaya diri.  Hasilnya adalah bahwa anak-anak biasanya tidak belajar untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri.  
    • Pengasuhan Bersama

      Pada pengasuhan bersama,  orang tua mendukung satu sama lain untuk bersama-sama membesarkan anak. Kurangnya pengasuhan bersama yang efektif karena koordinasi yang buruk antara orang tua,  merendahkan salah satu orang tuanya,  kurangnya kerjasama dan kehangatan,  dan pemutusan oleh salah satu orang tua adalah kondisi yang menempatkan anak-anak pada risiko masalah.

Keluarga yang berubah dalam masyarakat yang berubah

Jumlah anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang bercerai,  keluarga orang tua tiri,  dan keluarga yang kedua orangtuanya bekerja di luar rumah semakin meningkat. Pada orangtua yang bekerja akan menghasilkan efek pengasuhan, baik positif maupun negatif. Orang tua yang memiliki kondisi pekerjaan yang buruk, seperti jam kerja yang panjang, kerja lembur, stres karena bekerja,  dan kurangnya otonomi di tempat kerja, cenderung lebih mudah marah di rumah dan terlibat dalam pengasuhan yang kurang efektif daripada orangtua yang memiliki kondisi kerja yang lebih baik.

Sementara anak-anak dari keluarga yang bercerai menunjukkan penyesuaian yang lebih buruk dibandingkan rekan-rekan mereka dari keluarga yang tidak bercerai.  ketika anak-anak dari rumah yang bercerai menunjukkan masalah, masalah timbul bukan hanya karena perceraian, namun juga karena konflik perkawinan yang mengarah ke arah perceraian.  efek perceraian pada anak sangatlah kompleks, tergantung kepada faktor-faktor seperti usia anak, kekuatan dan kelemahan anak pada saat perceraian, jenis ketahanan, status sosial ekonomi, dan fungsi keluarga setelah perceraian.

  1. Teman Sebaya

Selain keluarga dan guru,  rekan sebaya juga memainkan peran yang kuat dalam perkembangan anak-anak dan pendidikan.  Dalam pertemanan rekan sebaya Terdapat lima jenis status rekan sebaya, yaitu:

    • Anak populer. Anak populer sering dinominasikan sebagai sahabat dan jarang tidak disukai oleh rekan sebaya mereka. anak populer memberikan bantuan, mendengarkan dengan cermat, menjaga jalur komunikasi yang terbuka dengan rekan sebaya, merasa bahagia, bertindak seperti diri mereka sendiri, menunjukkan antusiasme dan kepedulian terhadap orang lain, serta percaya diri tanpa terlihat sombong.
    • Anak rata-rata. Anak rata-rata menerima jumlah rata-rata dari kedua nominasi positif dan negatif dari rekan-rekan mereka.
    • Anak terlantar. Anak terabaikan atau terlantar yang jarang dinominasikan sebagai sahabat,  namun bukan berarti tidak disukai oleh rekan-rekan mereka.
    • Anak ditolak. Anak yang ditolak jarang dinominasikan sebagai sahabat seseorang dan sering secara aktif tidak disukai oleh rekan-rekan mereka.
    • Anak kontroversial. Anak kontroversial sering dinominasikan  baik sebagai sahabat seseorang dan sebagai orang yang tidak disukai.

G. Perkembangan Moral

Perkembangan moral adalah tentang aturan dan konvensi berinteraksi antara orang-orang. aturan aturan ini dapat dipelajari dalam tiga domain:  kognitif, perilaku, dan emosional.  masalah utama dalam domain kognitif adalah bagaimana siswa berpikir mengenai alasan atau aturan untuk perilaku etis. Dalam domain perilaku fokusnya adalah pada cara siswa benar-benar berperilaku, bukan pada moralitas pemikiran mereka. Sementara itu, dalam domain emosional penekanannya adalah pada cara siswa merasa secara moral. misalnya, Apakah mereka mengasosiasikan perasaan bersalah yang cukup kuat dengan tindakan tidak bermoral untuk menolak melakukan tindakan tersebut? Apakah mereka menunjukkan empati terhadap orang lain?

Lawrence Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral merupakan penalaran moral yang terjadi secara bertahap. Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga level yang tersusun atas enam tahap:

Level 1 Kohlberg: Penalaran Pra-Konvensional. 

Level ini merupakan level terendah dari penalaran dalam teori Kohlberg. Level ini terdiri atas dua tahap yaitu hukuman dan orientasi kepatuhan (tahap 1) dan individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran (tahap 2).

Tahap 1. Hukuman dan orientasi kepatuhan, adalah tahap pertama pada perkembangan moral Kohlberg pada tahap ini pemikiran moral sering dikaitkan dengan hukuman. Misalnya anak-anak dan remaja mematuhi orang dewasa karena orang dewasa memberitahu mereka untuk taat.

Tahap 2. Individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran adalah tahap kedua dari teori ini. Pada tahap ini individu mengejar kepentingan mereka sendiri tetapi juga membiarkan orang lain melakukan hal yang sama. Jadi, apa yang benar adalah melibatkan pertukaran yang sama seseorang baik kepada orang lain sehingga orang lain akan baik kepada mereka kembali.

 

Level 2 Kohlberg : Penalaran konvensional.

Individu pada level ini  mematuhi standar tertentu (internal),  seperti orang tua atau hukum masyarakat. penalaran konvensional terdiri atas dua tahap: harapan interpersonal bersama, hubungan, dan kesesuaian interpersonal (tahap 3),  dan sistem moralitas sosial (tahap 4) .

Tahap 3.  Harapan interpersonal bersama, hubungan, dan ke sesuai interpersonal adalah perkembangan Kohlberg. pada tahap ini, seseorang menghargai nilai, kepedulian, dan kepada orang lain sebagai dasar penilaian moral. anak-anak dan remaja sering mengadopsi standar moral orang tua mereka pada tahap ini, berusaha untuk dianggap oleh orang tua mereka sebagai “anak perempuan yang baik” atau “ anak laki-laki yang baik”.

Tahap 4. Moralitas sistem sosial merupakan tahap keempat dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini, penilaian moral didasarkan pada pemahaman tatanan sosial, hukum, keadilan, dan tugas. sebagai contoh remaja mungkin mengatakan bahwa agar masyarakat bekerja secara efektif, perlu dilindungi hukum yang dianut oleh anggotanya.

Level 3 Kohlberg: Penalaran Pasca-konvensional.

Pada tingkat ini moralitas lebih internal. Tingkat Pasca konvensional moralitas terdiri atas dua tahap: hak kontrak atau utilitas individu dan sosial (tahap 5) dan prinsip-prinsip etis yang universal (tahap 6).

Tahap 5.  Kontrak sosial atau utilitas dan hak individu adalah tahap kelima Kohlberg. pada tahap ini individu beralasan bahwa nilai-nilai hak dan prinsip mendasari atau melampaui hukum.  Seseorang mengevaluasi keabsahan hukum aktual dan mengkaji sistem sosial dalam hal sejauh mana mereka melestarikan dan melindungi nilai-nilai dan hak asasi manusia.

Tahap 6. prinsip etika universal adalah tahap ke-6 dan tertinggi dalam teori ini pada tahap ini, orang telah mengembangkan standar moral berdasarkan hak asasi manusia secara universal. ketika dihadapkan dengan konflik antara hukum dan hati nurani, orang tersebut akan mengikuti hati nurani, meski keputusan tersebut mungkin melibatkan resiko pribadi.


H. Materi Teori Perkembangan


Materi ini dapat Anda unduh dan gunakan secara offline. Silahkan gunakan tombol navigasi yang ada di bahan pembelajaran untuk memudahkan Anda dalam mempelajari materi. 

Verification: abec7d942cfb287d