Mengenal Konsep Literasi Dasar
Apa itu Literasi Dasar?
Pembelajaran literasi di sekolah dasar sangat penting untuk menunjang keberhasilan pencapaian akademik peserta didik. Pembelajaran literasi yang efektif perlu memperhatikan kebutuhan, minat, usia, latar belakang, dan lingkungan belajar peserta didik. Guru yang responsif terhadap kebutuhan peserta didik, penggunaan strategi mengajar yang tepat serta pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan latar belakang peserta didik akan berdampak terhadap pencapaian kompetensi peserta didik.
Literasi sekolah dasar melibatkan pengembangan komunikasi lisan dan tertulis di semua mata pelajaran. Peserta didik sekolah dasar mempelajari keterampilan literasi melalui membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan. Literasi di sekolah dasar mengedepankan aspek keterampilan membaca dan menulis yang terdiri atas kemampuan membaca yaitu pengetahuan huruf, kesadaran fonemik, kefasihan membaca, pengetahuan kosakata, dan pemahaman bacaan; kemampuan menulis yaitu ide, organisasi, dan mekanik.
a. Literasi Membaca
Membaca adalah proses melihat simbol dan huruf tertulis dan memahami artinya. Ada banyak keterampilan literasi yang terlibat dalam mengembangkan keterampilan literasi membaca yang vital. Keterampilan membaca berkontribusi pada kemampuan membaca anak-anak dengan kata lain, seberapa baik mereka dapat membaca dan memahami apa yang mereka baca. Ada berbagai macam keterampilan membaca yang anak-anak kembangkan dan kembangkan sepanjang pendidikan dasar mereka dan seterusnya.
1) Pengenalan kata/huruf
Keterampilan pengenalan kata harus dimasukkan ke dalam pelajaran membaca agar peserta didik belajar membaca, mereka harus diajari bagaimana mengenali kata-kata. Pengetahuan pengenalan kata tumbuh secara bertahap selama tahun-tahun awal sekolah. Fase perkembangan kata menurut Ehri membantu kita memahami fase yang dilalui anak-anak. Ehri (1995) berfokus pada tahap awal pengenalan kata. Melalui penelitiannya, dia menentukan bahwa anak-anak melewati empat fase berbeda saat mereka belajar membaca kata-kata secara otomatis.
- Selama fase pre-alphabetic, pembaca pemula mengingat kata-kata dengan menggunakan isyarat visual (misalnya, kata ‘lihat’ mengacu pada mata/penglihatan). Hubungan huruf-bunyi umumnya tidak terlibat dalam proses pengenalan selama fase ini, sehingga disebut fase pre-alphabetic.
- Fase kedua meliputi pengenalan abjad parsial. Anak-anak dalam fase ini mengenali beberapa huruf dan bunyi yang sesuai – biasanya konsonan awal atau akhir atau juga suku kata. Menggunakan bunyi konsonan awal dan akhir merupakan langkah penting.
- Ketika anak-anak terus menyempurnakan pengetahuan mereka tentang korespondensi huruf-bunyi, mereka mengembangkan pengkodean alfabet yang lebih lengkap. Anak-anak dalam fase ini tahu bagaimana sebagian besar huruf mewakili suara dalam ejaan konvensional. Dengan demikian, mereka dapat mengenali kata-kata yang berbeda dengan ejaan yang mirip (homonim, homofon, dan homograf). Kemampuan ini membantu mereka membaca kata-kata baru.
- Fase alfabet terkonsolidasi adalah fase terakhir dari pengenalan kata otomatis. Selama fase ini, anak-anak belajar mengenali pola huruf sebagai unit, dengan demikian memotong unit yang lebih besar saat mereka membaca. Kemampuan ini memudahkan mereka untuk mempelajari kata-kata baru dengan lebih cepat, sehingga meningkatkan kemampuan mereka untuk memahami teks yang lebih sulit.
2) Kesadaran fonemik
Kesadaran fonemik adalah pemahaman bahwa kata-kata yang diucapkan terdiri dari suara. Kesadaran ini berkembang secara bertahap ketika anak-anak memiliki pengalaman dengan permainan kata, sajak anak-anak, dan cerita. Adams (1990) menunjukkan bahwa ada lima tahap kesadaran fonemik: (1) mengenal kata-kata berima, (2) mendeteksi kata-kata yang sama atau berbeda dalam satu set kata-kata, (3) memadukan suara untuk membuat kata-kata, (4) segmentasi kata satu suku kata ke dalam suaranya, dan (5) mengidentifikasi kata yang tertinggal saat fonem dihilangkan atau ditambahkan. Untuk mengembangkan kesadaran fonemik pada anak-anak, guru harus menyediakan beragam kegiatan, termasuk membaca sajak dan puisi anak-anak, membuat sajak sederhana dengan anak-anak, bermain dengan kata-kata berima, melakukan permainan jari, bertepuk tangan jumlah suku kata yang terdengar dalam kata-kata, dan membantu anak-anak mengidentifikasi kesamaan bunyi dari kata-kata yang berbeda.
Bermain dengan kartu huruf dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan ini. Peserta didik dapat bermain kata dengan mengubah huruf depannya. Misalnya huruf ‘d’ pada kata ‘dalam’ jika diganti dengan huruf ‘s’ akan berubah menjadi kata ‘salam’.
3) Kefasihan membaca
Pengembangkan kefasihan memainkan peran penting di kelas awal. Kefasihan dianggap sebagai faktor penting dalam pemahaman bacaan, terutama karena pembaca yang fasih dapat membaca dengan akurasi, ekspresi, dan kecepatan yang sesuai. Peserta didik yang tidak lancar membaca sering tersendat-sendat karena kata-kata dan kesulitan membuat kalimat terdengar benar. Peserta didik yang tidak lancar membaca seringkali terlalu fokus pada kata-kata individu sehingga mereka tidak dapat mengingat awal kalimat atau paragraf. Peserta didik ini sering mengalami kesulitan pemahaman. Peserta didik yang bisa membaca dengan lancar tidak “terikat kata”, tetapi fokus pada potongan teks bermakna yang lebih besar saat mereka membaca.
Kefasihan berkaitan erat dengan otomatisasi yang disebutkan sebelumnya, meskipun tidak sama. Laporan Penelitian Rand (Snow, 2002) mencatat bahwa instruksi awal dalam kelancaran memastikan bahwa pembaca yang lebih tua dapat lebih fokus pada pemahaman saat mereka membaca. National Reading Panel (2000) menemukan bukti bahwa membaca lisan terpandu paling efektif dalam mengembangkan kefasihan. Pressley (2006) mengutip efektivitas pembacaan berulang.
4) Pengetahuan kosakata
5) Pemahaman bacaan
National Reading Panel (2000) menyatakan bahwa ada data yang menunjukkan bahwa pemahaman terjadi dan meningkat ketika pembaca terlibat secara aktif. Apa cara terbaik untuk mengembangkan keterlibatan ini sehingga peserta didik mendapatkan ide-ide besar dari teks mereka? Ada beberapa cara untuk meningkatkan pemahaman membaca: (1) instruksi kegiatan harus eksplisit; (2) pemahaman dapat ditingkatkan dengan mengajar anak-anak menggunakan strategi pemahaman khusus; dan (3) guru harus mengajar peserta didik untuk menggunakan kombinasi strategi.
Pemahaman membaca adalah pemahaman tentang apa yang telah dibaca melalui pembelajaran dan pemrosesan keterampilan membaca. Pemahaman membaca juga merupakan keterampilan penting dalam kehidupan orang dewasa. Misalnya, kita membutuhkan keterampilan membaca pemahaman untuk dapat memahami surat-surat penting, kontrak, dokumen kerja, surel, dan lain-lain.
b. Literasi Menulis
Menulis melibatkan transkripsi (ejaan dan tulisan tangan) dan komposisi (mengartikulasikan ide-ide dan menyusunnya dalam pidato, sebelum menulis). Sama halnya dengan keterampilan literasi membaca, ada banyak keterampilan literasi menulis yang berbeda yang bersatu untuk membentuk literasi tertulis.
- Kesadaran fonemik (kesadaran suara yang membentuk kata-kata) adalah kemampuan untuk mendengar dan bermain dengan suara individu bahasa, untuk membuat kata-kata baru menggunakan suara-suara itu dengan cara yang berbeda. Ini terjadi secara alami saat anak-anak berkembang. Anak-anak mulai meletakkan keterampilan dasar untuk kesadaran fonologis sejak usia muda, khususnya yang berkaitan dengan komunikasi dan bahasa, dan bidang pembelajaran literasi. Keterampilan ini akan menjadi keterampilan inti untuk kesadaran fonologis, dan akan berkembang menjadi anak-anak yang dapat bergabung dengan pengulangan berulang, menyoroti aliterasi, dan akhirnya menggunakan pengetahuan ini untuk membuat sajak mereka sendiri.
- Kesadaran menulis. Kebanyakan kesadaran menulis dimulai di rumah dan di lingkungan sehari-hari anak. Ini kemungkinan besar melalui membaca buku bersama dengan orang tua. Membaca untuk anak-anak sangat penting untuk mengembangkan kesadaran ini dan untuk memperkenalkan mereka pada huruf-huruf alfabet. Kesadaran menulis dapat diperoleh dari mana saja, meskipun - tidak harus buku! Ketika anak-anak melihat tanda-tanda jalan, kotak sereal atau majalah, mereka akan mengembangkan kesadaran huruf dan alfabet juga. Penting bagi anak-anak untuk memiliki setidaknya beberapa kesadaran cetak sebelum mulai sekolah. Jika tidak, mereka bisa tertinggal saat belajar membaca karena mereka harus belajar alfabet dan huruf terlebih dahulu.
- Kosakata. Setiap orang biasanya memiliki dua jenis kosakata, aktif dan pasif. Kosakata aktif adalah kata-kata yang diketahui dan mampu digunakan seseorang secara akurat dalam berbicara dan menulis. Kosakata pasif berisi kata-kata yang diketahui seseorang, tetapi belum tentu dapat digunakan secara akurat dalam konteksnya. Sangat penting untuk memelihara kosakata pasif anak sehingga mereka pada gilirannya dapat memperluas kosakata aktif mereka.
- Ejaan adalah susunan huruf menjadi sebuah kata. Belajar mengeja kata-kata, termasuk ejaan yang tidak beraturan, membantu anak-anak belajar membaca lebih awal (dan akan membantu tulisan mereka). Memahami pola dan konsep ejaan akan sangat membantu ketika mereka menemukan kata-kata baru yang belum pernah mereka temui sebelumnya.
- Pemahaman Membaca. Memahami makna dari apa yang dibaca adalah langkah terakhir untuk mengembangkan keterampilan literasi. Hal ini melibatkan kemampuan membuat kesimpulan dari teks, mengidentifikasi pola, dan petunjuk untuk membuat prediksi. Misalnya, jika seorang anak membaca tentang karakter tokoh yang mengenakan gaun dan mahkota, mereka harus dapat menyimpulkan bahwa karakter tersebut adalah kalangan bangsawan; mungkin seorang putri atau ratu.
Literasi Berimbang
Sementara itu literasi berimbang merupakan pendekatan pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan memahami dan menghasilkan informasi. Pendekatan literasi yang seimbang berfokus pada dua bidang penting, membaca dan menulis. Pendekatan ini melibatkan peserta didik dalam berbagai pengalaman membaca dan menulis yang otentik. Pendekatan ini bermanfaat bagi peserta didik dalam banyak hal diantaranya peserta didikmengembangkan berbagai kemampuan membaca dan menulis, baik dengan secara berkelompok maupun individu. Peserta didik tidak hanya mempelajari informasi dan keterampilan dasar tetapi mereka juga mengembangkan strategi yang akan membantu mereka untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam berbagai konteks membaca dan menulis (Pinnel, 2000)
- Mengembangkan kompetensi semua peserta didik dengan memanfaatkan berbagai bahan ajar, sarana, dan strategi.
- Menekankan perkembangan bahasa lisan, kemampuan berpikir dan berkolaborasi sebagai dasar pembelajaran literasi. Menggunakan asesmen formatif sebagai panduan pembelajaran dan untuk menentukan tingkat dukungan yang perlu diberikan kepada peserta didik.
- Memberikan instruksi yang eksplisit untuk keterampilan memecahkan masalah dan berpikir strategis.
- Memberikan waktu khusus tanpa interupsi untuk pembelajaran literasi.
- Memenuhi kebutuhan pembelajaran dan literasi secara individu.
Komponen Literasi Berimbang
Berikut dibawah ini tabel komponen literasi berimbang :
No. | Komponen | Deskripsi |
Keterampilan membaca | ||
1 | membaca nyaring | membacakan dengan lantang, pembaca menggabungkan variasi dalam nada, nada, kecepatan, volume, jeda, kontak mata, pertanyaan, dan komentar untuk menghasilkan penyampaian yang lancar dan menyenangkan |
2 | membaca bersama | membaca interaktif terjadi ketika peserta didik bergabung atau berbagi membaca buku atau teks lain yang dibimbing dan didukung oleh seorang guru |
3 | membaca terpandu | membaca dengan dibantu oleh guru atau orang lain |
4 | membaca mandiri | membaca teks anak-anak — seperti buku, majalah, dan surat kabar — sendiri, dengan sedikit atau tanpa bantuan orang dewasa |
Keterampilan menulis | ||
6 | menulis dengan pemodelan | mempraktikkan cara menulis yang baik di depan peserta didik |
7 | menulis bersama | menulis secara berkelompok (kegiatan yang dilakukan adalah menulis ejaan, bentuk huruf, kata, atau kalimat secara bergantian) |
8 | menulis terpandu | menulis dengan dibantu guru atau orang lain |
9 | menulis mandiri | kegiatan menuangkan gagasan dalam bentuk tulis yang dilakukan secara individual oleh peserta didik |